sumpah, ini cerita pendek terpanjang yang aku karang. waktu itu, diikutin lomba AA Navis award di UN Padang. ehh cuma jadi nominator, belum jatahnya menangs kak.
Malam ini, dewi-dewi kayangan turun ke bumi untuk menungguiku.
Nawang wulan beserta enam saudaranya membentang selendang-selendang cendayam
yang akan menambah aura diri ini hingga makin cantik rupawan. Aku duduk di
patut berhiaskan puspa melati dan paes terpasang di atas kepala. Aroma bedak,
air mawar serta bunga melati bersatu padu tercerup manis dalam hangit mengepul
memenuhi seluruh jiwa.
“tiba-tiba saja kamu akan pergi dari ibu ya nduk” kata
ibuku, ia masuk kamar dengan membawa nampan berisi segelas minuman. “kamu sudah
besar” katanya lagi.
Senyum sumringah menghiasi bibir merah yang terpoles gincu, makin
cantik saja diri ini. Ibu lalu duduk di kursi sebelahku, kursi itu tadi
digunakan oleh tukang rias wanita setengah baya yang mendandani diriku. Ibu
lantas menyodorkan segelas minuman. Itu teh hangat yang sangat khas di
sanubari. Aromanya, rasanya, semua bercirikan racikan ibu.