Malam
dan Pikiran yang Nyaris Cemerlang
Malam
itu, malam rabu tanggal 10 April 2018, seorang perempuan berjalan-jalan menuju
arah selatan. Calon wartawan dia, perempuan itu hendak mencari berita liputan
sebenarnya. Tidak seperti biasa ketika ia mencari bahan liputan berupa aksi
demonstrasi ataupun mengenai polemik di dalam kampusnya sendiri. Kali itu, ia
mencari bahan untuk tugas kampus, lusa tugas itu sudah harus jadi. Perempuan berkacamata
tebal itu menuju ke arah selatan bersama salah seorang teman yang juga berjenis
kelamin perempuan.
Tujuannya
ke alun-alun selatan, namun karena begitu ramainya di sana, tak jadilah ia
untuk berkeliling mencari bahan. Putar arah ke Malioboro saja, begitu katanya
pada sang teman. Akhirnya pukul 10 malam lebih sedikit, sampailah mereka di
alun-alun utara. Kebetulan tugas yang hendak ditulis adalah sebuah tulisan
bebas, feature namanya. Tugas yang dinilai berat oleh banyak mahasiswa sebab
jumlah katanya yang amat banyak. Berat memang kalau dikerjakan mendadak dan
bukannya jauh-jauh hari, padahal sudah diberi waktu berminggu-minggu untuk
mengerjakan tugas tersebut.
Ada dua
kemungkinan ketika manusia hampir mencapai ujung dari sesuatu. Kemungkinan yang
pertama adalah sangat antusias dan bersemangat atau yang kedua bosan dan
kebingungan. Ada dua tipe mahasiswa tingkat akhir yang sudah tidak ada SKS lain
selain skripsi yang mau tidak mau harus digarap sampai selesai, yang pertama
sangat bersemangat ingin segera menyelesaikan pendidikan, melanjutkan kehidupan
entah itu bekerja, berkeluarga atau mungkin kuliah lagi. Tipe kedua adalah
mahasiswa yang bosan dan kebingungan, dari kebosanan itu kemudian muncul sebuah
sentakan, kira-kira bunyinya seperti ini, aku
sebenernya kuliah ini ngapain sih? Setelah lulus selanjutnya apa? Terdengar
putus asa ya?
Jauh sebelum adanya internet, buku adalah alat yang mewadahi
isi-isi pemikiran seseorang. Sejarah juga dirangkum dalam bentuk sebuah buku
untuk memudahkan generasi turunan dari generasi yang sudah ada pada masanya.
Maka berterima kasihlah pada sang penulis yang sudah mau merekamkan apa yang ia
lihat, ia dengar, ia pikirkan dan yang si penulis itu sendiri rasakan.
Orang bilang, buku adalah jendela dunia. Seseorang bisa melihat
sepotong-sepotong dunia belahan manapun dari waktu ke waktu, pun dari ruang ke
ruang. Jangan sampai semboyan "buku adalah