Berbicara mengenai citra perempuan dalam media, tentu sudah kita
ketahui mengenai sederet banyak iklan yang melibatkan peran perempuan di
dalamnya. Ada pesona tersendiri dalam iklan yang ditayangkan di televisi jika
menggunakan perempuan sebagai unsur muatan penyampaian pesan di dalam sebuah
iklan. Meski seringkali, perempuan dalam media tersebut hanya menjadi pemanis,
hanya menjadi objek yang katakanlah tidak ada kaitannya dengan iklan yang
dimaksudkan atau ingin disasarkan pada penonton.
Dalam artikel yang saya buat kali ini, saya menggunakan “Teori Akal
Sehat” atau dalam bahasa inggris disebut Commonsense Theory. Dalam modul
pembelajaran Komunikasi Massa dijelaskan bahwa, teori ini merupakan pengetahuan
(dan gagasan) yang dimiliki oleh setiap orang dengan begitu saja atau melalui
pengalaman langsung dengan masyarakat. Setiap pembaca surat kabar atau penonton
televisi mempunyai teori sendiri (artinya mempunyai seperangkat gagasan)
tentang media tersebut. Masing-masing orang memiliki teori teori berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya tanpa ada usaha atau melalui pengalamannya
sehari-hari.
Fenomena media pada jaman sekarang ini memiliki pengaruh yang
sangat besar. Kehadiran media sangat diperhitungkan dalam segala sendi
kehidupan. Seperti yang kita tahu bahwa media memiliki peran untuk mengkonstruk
atau membangun opini serta pemikiran masyarakat luas.
Mengenai perempuan dalam realitas media, banyak orang yang
mengagumi perempuan sebagai karya seni terindah di dunia. Hal yang
disebut-sebut indah itulah yang melahirkan stereotype tersendiri dalam pikiran
masyarakat. Seperti misalnya yang tertanam dalam benak masyarakat bahwa
perempuan itu identik dengan pandai memasak, pandai mengurus rumah, berdandan,
merawat diri dan hal-hal manis keperempuan-perempuanan lainnya. Hal tersebutlah
yang dimanfaatkan oleh praktisi media guna meningkatkan daya tarik dari sebuah
iklan yang dibuat dan lalu ditayangkan, dipertontonkan di televisi.