Mahluk Ajaib Bernama Perempuan

2/13/2016 10:59:00 AM



Hai gaess, jumpa lagi dengan cerita yang belum diedit. Coba baca mentahnya dulu, lalu kasih kritik yang membangun, kalau mau kasih kritik yang menjatuhkan juga boleh, tapi kasih lihat saya karya anda yang lebih baik dari punyak saya ya. XD XD XD. J JJ
Btw, saya besok sudah kembali ke Jogja dengan segudang cerita dan ide berkat merenung dan bertapa brata di rumah. Cerita lainnya masih banyak di laptop, tidak sering-sering upload karena ceritanya diikutkan lomba dan dikirim ke media ya gaess. Love you all. JJ


Ada sebuah dunia yang mana di dalamnya berisi bermacam-macam warna, menyilaukan mata. Ada yang di sebut merah, kuning, abu-abu, lalu biru dan macam-macam lainnya. Baru aku pelajari tentang warna beberapa hari yang lalu. Ternyata warna disini menyangkut berbagai macam hal pula, warna rambut disini mengapa bisa berbeda-beda, warna mata, lalu warna kulit. Aku kira ini semacam hal yang rumit. Setelah aku amati, mahluk yang tinggal di barat, kebanyakan kulitnya pucat dan tak terlalu memikat. Rambut mereka ada yang berwarna pirang, coklat dan merah. Ketika aku alihkan pandanganku ke tenggara, wah, warna kulit mahluk di dalamnya lebih mempesona, putih bersih memikat serta tak pucat. Kuning langsat. Di dalam bola mata mereka terlukis warna coklat, lebih dari itu rambut mereka kompak hitam pekat. Ohh bagian yang ini bernama Indonesia. Meski bentukan badan mahluk-mahluk di bagian ini tak sejulang mahluk di barat tadi, aku tertarik dengan bagian ini serta mahluk unik di dalamnya. Aku baru tau, yang memiliki tonjolan di lehernya diberi merek laki-laki sedangkan yang lehernya polos tanpa tonjolan di beri merek sebagai perempuan. Tapi, seringkali aku tak dapat melihat dengan jelas leher-leher mahluk Indonesia ini dari tempatku di atas ketinggian. Berdasar apa yang aku amati, mahluk laki-laki menyelubungi tubuh mereka dengan apa yang dinamakan celana. Sementara perempuan menyelubungi diri mereka dengan yang namanya rok.
Tunggu, tunggu. Persoalan pembeda masih sedikit rancu. Ada juga perempuan yang memakai celana, sama seperti laki-laki. Kalau klasifikasi pembedanya di tambah dengan model rambut, perempuan juga ada yang berambut pendek layaknya laki-laki. Hmm ... aku harus lebih teliti mengamati mahluk perempuan ini.
Ku tengok lebih jauh, tentang persifatan, karakter, serta sikap mereka dalam berkehidupan. Beberapa mahluk perempuan sebagai objek sudah kupilih untuk ku teliti. Penelitian ini lumayan berat, tau kenapa? Karena mahluk perempuan mayoritas cakapnya banyak. Berapa ratus ribu kata yang mereka ucapkan dalam satu kali kedipan matahari, bahkan pernah ada yang aku amati berbicara sampai satu juta kata lebih. Sungguh hebat mahluk perempuan ini, tahan bicara lama. Aku semakin penasaran saja ingin menyelam lebih tajam kedalam penelitian ini.
Objek I, Hani
Mahluk perempuan pertama yang aku teliti bernama Hani. Kulitnya agak pucat namun masih dalam kategori langsat. Dia sangat suka melilitkan pakaian bermacam-macam warna di tubuhnya, dalam satu kali kedipan matahari ia mengganti corak dan model pakaiannya dua kali. Beda acara beda pula pakaiannya. Kalau ke pesta, dipakainya busana yang mewah mengundang kata ‘wah’ dari mulut mahluk lainnya yang datang ke pesta. Dalam hati Hani berkata, aku cantik tiada tandingan. Memang benar, pakaian yang ia pakai menambah look kecantikannya. Sudah wajahnya menarik, parasnya bak melati, di tambah selubung busana yang mempesona. Aduhai, mahluk perempuan ini sangat indah tampilannya.
Hani ini mengutamakan kesempurnaan ayunya. Apapun kondisinya, apapun kegiatannya pokoknya ia harus tampil menarik. Saat berolahraga saja, ia memoleskan dandanan serupa topeng yang lumayan menor, ahh bukan lumayan lagi. Teramat menor. Hani jadi nampak major diantara wajah-wajah minor di sekelilingnya.
Aku tak paham, mengapa mahluk yang satu ini mengutamakan kecantikan dalam segala aspek kehidupannya. Bukankah merepotkan bila setiap saat menorehkan bedak di tiap inchi permukaan kawah wajah, memoleskan pewarna bibir tiap kali habis makan, lantas masih menggambar alis sepasang di atas kelopak mata. Harus simetris pula, seimbang antara yang kiri dan yang kanan.
Pokoknya kecantikan adalah hal utama dalam siklus hidup Hani. Tidur dalam keadaan riasan melekat cantik, bangun tidur juga harus masih cantik. Bagaimana bisa mahluk perempuan ini bertahan dalam keribetan yang ia buatkan sendiri.
Objek II, Rika
Yang satu ini, tak jauh beda dari objek penelitian pertama. Suka dandan, suka bergaya dengan bermacam-macam busana. Rika ini, hobi berkencan. Obsesinya menaklukan para mahluk laki-laki menggunakan kecantikannya. Sudah bosan lalu di putus hubungan. Anehnya perempuan ini, tiap kali hubungan yang ia jalankan berakhir, dia malah galau sendiri. di dalam kamar menangis tidak jelas, tersedu-sedan. Kalau Rika sering menangis, itu berarti ancaman bagi lingkungan. Pasalnya dia mengusap air mata menggunakan tisu ratusan lembar jumlahnya. Tisu berasal dari pohon, sedangkan pohon adalah benda hidup yang sangat aku hormati. Makin sering Rika berkencan, makin sering putus hubungan, makin libas pula pepohonan kehormatan. Ahh, bahaya betul.
Perempuan ini lucu, hari ini menangis besoknya dapat gandengan lagi laki-laki manis. Aku jadi bertanya-tanya, bagaimana kerja sistem penggerak dalam tubuh mahluk perempuan ini? Apakah seperti adonan roti, kalau kurang manis tinggal di tambah gula atau bagaimana? Pengendali hati otomatis yang Rika miliki ini, aku rasa-rasai canggih betul. Aku masih coba mencari tau, apa peramban dan versi yang tertanam dalam tubuhnya. Mahluk perempuan yang kedua ini pandai sekali memancarkan kode keras ke sistem radar mahluk laki-laki. Dengan cepat transmitter laki-laki, mendeteksi kode dari Rika, lantas menterjemahkannya kedalam bentuk sandi-sandi kunci yang hanya dapat di pahami oleh pembaca hati. Sinyal pancaran Rika juga bagus, misalnya saja kemarin dia mengkodekan perasaan cemburu pada mahluk laki-laki gandengannya dengan cara berpaling muka ketika bicara berdua. Sayangnya aku tak paham bahasa yang digunakan mahluk-mahluk di dunia yang penuh warna itu, terlalu banyak bahasa sehingga sistemku tak dapat menerjemahkan bahasa beraneka ragam itu kedalam bahasaku sendiri. Jadi, agak sulit juga penelitian ini. Aku hanya dapat mengamati gerak-gerik para mahluk perempuan serta membaca sistem dalam tubuh mereka tanpa mengerti apa yang mereka ucap.
Objek III, Afika
Berbeda. Yang ketiga ini berbeda dari dua mahluk yang habis aku amati. Perempuan ini, ciri fisiknya meniru laki-laki. Kemana-mana memakai celana, rambutnya pendek mirip sekali gaya rambut laki-laki. Dia benar-benar mirip laki-laki saat memakai pakaian gombor yang tak memperlihatkan lekuk tubuhnya. Kalau saja aku tidak sungguh-sungguh teliti mengamati fisik mahluk perempuan ini, aku tak akan sadar kalau ini perempuan tak mempunyai tonjolan di lehernya. Setelah aku cek kromosom dan hormonnya, oh ternyata betul, dia perempuan. Tapi penampilannya macam mahluk laki-laki. Dia juga selalu berkumpul dengan mahluk laki-laki, tertawa bersama mereka, makan bersama mereka, terkecuali tidur dan mandi tentu saja sendiri-sendiri.
Afika ini seperti tidak ada lelahnya. Seringkali dua minggu sekali di akhir pekan, ia mendaki gunung-gunung bersama teman-teman mahluk laki-lakinya. Menggendong tas carryer besar berisi benda berat pula. Kuat sekali fisik perempuan ini, berbeda dengan Hani yang jangankan mengangkat satu galon sendirianpun tak bisa. Apa ya, yang menjadi pembeda antara Afika dengan Hani?
Afika ini kalau sudah membuka mulut, kata yang ia ucapkan banyaaakk sekali. Sistemku mencatat pernah sampai delapan puluh kata dalam satu hembusan nafas. Beda dengan mahluk lain yang normalnya tidak sampai dua puluh kata per hela udara. Apa makanan yang di lahap Afika berbeda dari perempuan kebanyakan hingga ia bisa seperti itu? Aku akan melakukan studi lanjutan yang fokus pada Afika di lain waktu.
Objek IV, Mayang
Aku baca sistem hatinya, makna yang aku tangkap menyiratkan kata terserah. Si mahluk laki-laki bernama pacar yang sedang bersamanya jadi bingung. Di pesankan saja cumi-cumi bakar. Ehh, tapi Mayang tidak mau memakannya. Sesuatu yang meletup-letup di kepala lalu tercurah menjadi suara, menyuratkan kalau ia tak suka cumi-cumi bakar. Sang pacar memesankan Mayang segelas minuman saja, ehh Mayang malah ngambek. Bilangnya kalau si Pacar tidak peka kalau ia benar-benar lapar. Lha bilangnya terserah, batin si Pacar. Itu adalah sepotong kisah dari objek ke-empatku. Dia ini juga masuk dalam deretan mahluk aneh, perempuan. Apa yang ada dalam sistem otaknya seringkali tak sejalan dengan apa yang ada di sistem hatinya. Otaknya menyuarakan ‘terserah’, eh si perasaan bilang ‘bukan kaya gitu’. Lucu ya.
Kalau aku pelajari sistemnya, hmm rumit juga. Ia ingin selalu di mengerti tapi penyampaiannya tidak jelas. Bukankah membingungkan kalau seperti itu. Harusnya kalau Mayang ingin apa, atau ada sesuatu apa yang mengganjal di hatinya, ya di ungkapkan. Di jawantahkan pada si Pacar. Kan kasian sistem si Pacar bingung menentukan tindakan apa yang harus di ambil ketika kode yang disampaikan tak jelas. A tidak, B salah, C bukan, D atau Z tidak dapat di pastikan.
Objek V, Jeni
Aku hampir mencapai akhir dari penelitianku. Jeni, objek kelima-ku. Menurut pengamatanku, Jeni ini mirip-mirip dengan karakter Mayang. Hobi membuat kode. Bedanya Kode yang dibuat Mayang cenderung rancu serta kurang bagus transmisi sinyal pengirimannya. Sedangkan yang ini, punya banyak kode tapi masih disimpan rapi dalam gudang pengaturan kode di dalam hatinya. Sinyal yang dimiliki mahluk ini agak lemah, tiap kali ia hendak memancarkan kode-kode rumit ketertarikan pada mahluk lain yang ia sukai kode itu kembali masuk kedalam gudang pengaturan dan tak tersampaikan.
Aku pun tak habis paham. Padahal bertemu dengan mahluk laki-laki yang di sukai, sudah sering. Hampir tiap hari malah. Membahas ini itu juga sudah sering, selama itu apa yang Jeni pendam? Di pendam satu hari lalu tambah hari dan semakin tambah hari. Ahh, perasaan itu semakin dalam, namun ya itu tadi, kodenya tak tersampaikan. Suatu hari, Jeni melihat mahluk yang ia suka berjalan menggandeng seorang perempuan yang belakangan ia tahu bahwa gandengan tangan itu sebuah isyarat kalau mereka menjalin hubungan. Sistem perasaan Jeni jadi kacau balau, sering terjadi kerancuan antara perintah untuk menangis atau tertawa. Jeni jadi meledak, hatinya panas kepalanya juga panas. Ia menyuarakan kata-kata keras kepada mahluk yang telah buat hatinya terluka. Setelah ku teliti kata-kata itu merupakan sebuah kalimat bernada geram, begini bunyinya “dasar laki-laki PHP!!! Nggag peka sama perempuan!!
Objek VI, Yuanita
aku telah sampai pada objek penelitian terakhirku. Sebenarnya aku asal ambil saja mahluk ini. Radar sistem di pesawatku menangkap bahwa mahluk ini berbeda jauh dari lima objek kajian sebelumnya. Mahluk perempuan ini, hanya tertangkap aktif di malam hari saja, namanya Yuanita. Dia suka bernyanyi, menari, bergembira sepanjang waktu seolah-olah tak memiliki beban apapun dalam sistem tatanannya. Riasan wajahnya setebal topeng kayu yang pernah aku lihat dalam sebuah tarian kesenian. Perempuan ini, entah tak terbaca hatinya. Sulit sekali menggali dan mencuri data dari dalam tubuhnya. Menurut mesin pencariku, kromosom yang ada dalam tubuhnya itu sama persis dengan kromosom laki-laki. Tapi persifatannya sangat kemayu sekali, keperempuanan yang melebihi perempuan. Pada malam hari, Yuanita ini suka menggoda mahluk laki-laki. Colek sana colek sini, hii risi aku melihatnya. Ada juga ya perempuan agresif seperti dia.
Beberapa hari ini semenjak pengamatan terhadap objek kelima, mesin dan sistemku agak ngadat. Aku kira sudah lelah. Tapi aku harus menuntaskan pengamatanku pada objek yang kelima ini. Aku penasaran, mungkin saja aku bisa mendapatkan data sistem otak dan perasaannya yang bekerja lebih pada siang hari. Ada yang aneh, mesin sudah aku perbaiki namun Yuanita tak muncul dalam monitor pengamatan. Yang muncul malah mahluk laki-laki yang sama sekali bukan objek pengamatanku. Tapi di sistem tertulis bahwa itu Yuanita. ERROR! ERROR! ERROR! Muncul tulisan merah berkedip-kedip seperti itu di monitor. Setelah aku selidiki dengan terjun langsung ke lapangan, aku ketahui bahwa Yuanita adalah objek kesalahan yang tidak sengaja masuk kedalam radar pencarianku. Ternyata Yuanita ini, mahluk jadi-jadian. Perempuan bajakan.
***
Pengamatanku sudah berakhir. Namun aku masih tak dapat menarik kesimpulan pasti atas apa yang telah aku kaji. Mahluk bernama perempuan ini aneh bin nyeleneh dan membingungkan pula. Susah sekali untuk dimengerti. Apalagi objek terakhirku merupakan perempuan apkir yang tak dapat dimasukkan dalam sistem pikir mesin pendeteksi serta pencariku. Perempuan itu mahluk yang sulit untuk dipahami, namun memahaminya serasa ada tantangan tersendiri. Aku rasa, aku harus melakukan penelitian lebih dalam lagi pada mahluk di dunia bernama bumi ini. Aku akan kembali lain waktu, dengan alat yang lebih canggih untuk membedah setiap inchi kulit pemikiran serta perasaan mahluk ajaib ini. Ya, aku tertarik pada keanehan perempuan.

You Might Also Like

0 komentar

Tersenyumlah!

Popular Posts