Serahkan Semua Pada Allah

6/25/2013 06:24:00 PM


Semua itu sudah ditakdirkan Allah sejak sebelum kita terlahir di dunia… segalanya tentang kita bahkan sudah tercatat di lauh mahfudz. Tinta kehidupan kita sudah mengering disana, sehingga kita tidak bisa mengubah apapun yang digariskan oleh Allah.
Masalah bahagia atau tidak itu, tergantung bagaimana cara kita mensyukuri segala yang ada dan terjadi dalam kehidupan. Seringkali apa yang kita harapkan tak terwujud dan membuat hati kita menjadi kesal, marah dan kecewa. Namun, selalu ada sesuatu dibalik ke-tak terwujudan harapan itu. Allah selalu mempunyai rencana yang baik untuk hambanya. Asal kita mencoba mengerti saja.
Ketika melihat orang lain nampaknya bahagia, kebanyakan dari kita kadang merasa iri dan ingin menjadi seperti orang itu. Padahal, walau kelihatannya orang tersebut bahagia, kita tak tahu duka yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang itu. Asalkan bersyukur dan menjalani hidup apa adanya, hidup ini akan terasa enteng dan membuat kita bahagia.
Tak usah terlalu dalam memikirkan hari esok / masa depan. Karena tetap saja yang kita jalani adalah hari ini, dan terus saja hari ini dan akan selalu hari ini. Jika kita telah berusaha hari ini maka sudahlah, kita tak tahu apa yang selanjutnya akan terjadi. Serahkanlah semuanya pada Allah semata, karena kita sebagai hambanya hanya mampu berikhtiyar ataupun merencana.
Ikhlaskan semua yang terjadi dalam hidup ini. Sedih, marah, gundah, gelisah, galau dan sebagainya. Ikhlaskan semua duka lara dan suka cita. Seperti halnya saat kita merasa tersakiti ataupun di khianati seseorang yang kita percaya maupun seseorang (begitu) berarti bagi kita (ex: kekasih, sahabat, dll) . rasanya sungguh sakit. Ikhlaslah. Mungkin saja Allah cemburu karena kita lebih percaya dan menyayangi manusia disbanding kepadaNYA.
Tidak perlu bersedih dan kecewa pada sebuah keterpaksaan. Lama-lama kita akan terbiasa dengan keterpakasaan itu (ex : dijodohkan, sholat, dll.) dan kita akan menikmatinya bahkan akan tenggelam di dalamnya. Seperti saat kita masih kanak-kanak. Ingatkah, saat orang tua / wali kita menyuruh kita untuk sholat dan mengaji. Kalau kita tak melaksanakannya, orang tua kita akan marah bahkan saya sampai di pukul agar mau menjalakannya. Tentunya kita dipaksa bukan. Dan sekarang, ketika beranjak remaja. Betapa bersyukurnya saya karena dulu telah dipaksa orang tua saya untuk sholat dan mengaji. Andaikan dulu tidak begitu, mungkin saja saya tumbuh menjadi anak urakan yang semaunya berbuat apa saja, dan saat ini tidak dapat menulis hal semacam ini.
Curahkanlah segala cerita kehidupan kita pada Allah. Karena padaNYA-lah tempat mengadu, bukannya pada manusia. Berbicara / berkata seperlunya saja kepada manusia. Karena manusia tidak dapat menjamin rahasia kita tentang apa saja yang telah kita katakana padanya. Hanya padanyalah kita meminta. Atas kehendaknya kita dilahirkan, maka atas kehendaknya pula segala hal yang terjadi dalam hidup kita, kepadaNYA pula kita akan kembali (MATI)

You Might Also Like

1 komentar

  1. Allah memang sebaik-baiknya tempat bersandar. :) Mengandalkan manusia pasti ada kecewa, mengandalkan Allah sudah pasti selalu ada jalan terbaik.

    Blog walking here, kunjungi balik yuk http://www.bonekalilin.com/

    ReplyDelete

Tersenyumlah!

Popular Posts