“Namanya Adit, tiba-tiba aku
naksir dia” Kata Jovi padaku.
Heran aku kenapa Jovi bilang dia
naksir seseorang. Seseorang yang baru dia lihat dan tidak dia kenal selain nama
dan wajahnya saja. Jovi pergi lagi berganti tatap antara satu lukisan
ke lukisan lainnya. Lukisan yang merah, yang putih, yang hitam, yang bercorak,
yang abstrak, yang yang semua lukisan di dalam ruangan itu ia amati satu
persatu.
Pada suatu bising di dalam kepala,
tiba-tiba kami sudah ada di Surakarta. Sebuah kota damai yang tak seramai
Yogyakarta pada waktu itu. Ceritanya aku dan Jovi mau liburan singkat,
memanfaatkan angka berwarna merah yang ada di kalender. Begitu singkatnya untuk
sekedar jatuh naksir, entah itu naksir betulan atau naksir kagum. Entah Jovi
itu memang, aneh.