Sepasang kekasih yang bertengkar
dalam diam, yang laki-laki bingung ingin berkata apa, memecah suasana tak bisa
dia. Si perempuan, ujung-ujung matanya basah, melirik serempak ke kiri,
memandangi kaki-kaki meja sebelah yang tidak bisa berlari. Air mata si perempuan
lalu jatuh padaku, bukan asin tapi pahit. Tak sekali ini saja air mata seorang
perempuan jatuh kepada aku, sengaja aku tangkap sebab aku tak tega, siku
tangannya menempel pada aku sebagai topangan agar tangannya tetap tegak
menyangga kepala. Sudah kubilang sering-sering, jangan menangis sayang. Tapi
biarpun tidak menangis itu mata-mata perempuan, hatinya yang menangis. Bagaimana
bisa sih hati menangis, padahal hati tidak ada matanya. Oh mata hati kan ada,
fungsinya untuk melihat yang lembut-lembut seperti debu-debu beterbangan yang
bikin bersin-bersin. Selain itu, ada banyak lagi yang dilihat oleh mata hati,
yang pasti mata hati bila bertemu hati yang satu frekuensi, ya paling
lihat-lihatan, lalu saling sayang, kalau bosan lalu benci-bencian.