Ada mawar tergenggam di tangan kiriku, cantik sekali, merah
warnanya, batangnya selalu hijau. Bunga plastik sayangnya. Ada racun tikus di
tangan kananku, pahit, baunya saja menyengat, ada sensasi rasa enek di
tenggorokan begitu aku mendekatkannya pada hidungku. Aku tergeletak pada sebuah
lubang memegang keduanya. Dengan sebuah bantal mengganjal kepala dan ingatan. Dingin
atau tidak, tak aku rasakan. Aku mengunci diri dalam sebuah ruang, sebuah benda
persegi panjang bergagang menjadi jembatan antara aku dan dunia nyata yang
mengerikan. Matahari bersinar di luar, namun entah, di dalam tubuhku seolah tak
pernah terkena cahaya. Maksudku, aku pernah, namun saat ini redup redam. Mungkin
tak akan pernah tersinari lagi. Mana yang lebih baik, mawar plastik yang selalu
cantik atau racun mematikan di tangan kanan?