“Wow.” Ucap si tukang mimpi yang
semalam menginap di kamarku, ia bangun lalu menceracau tentang mimpi-mimpinya
yang banyaaaaakkkk sekali. “Aku seperti mendapat pencerahan ini.” Katanya lagi.
Pantas saja bangunnya siang,
dengan arti lain aku bangun setengah jam lebih awal daripada dia. Tidak siang-siang
amat, jam setengah 6 ia bangun, aku jam 4.52. Pada titik 4.52 itu, perasaan
enak menyapaku, aku tidak bermimpi apa-apa memang, hanya gelap saja. Ataukah
gelap itu juga mimpi, aku tidak tau, anggap saja mimpi supaya aku juga
dikatakan bermimpi. Mimpiku itu yang gelap barusan, isinya dari awal sampai
akhir hanya hitam. Kau pernah tidur dengan kondisi lampu yang mati? Aku juga
pernah, namun gelap di dalam kepalaku ketika aku tidur jauh lebih gelap dari
kamarmu ketika kau tidur.