KABUT

1/26/2020 08:48:00 AM


Pada suatu hari, Anna duduk terdiam memandangi awan-awan di depan rumah. Heran dia kenapa kok ada awan serendah itu, bukan martabat awannya yang rendah, tapi posisi awan itu mengambang yang rendah. Rendah sekali sampai menghalangi pandangan. Oh itu kabut asap ternyata, kata Anna dalam hati. Gawat, kampung halaman Anna sedang dikepung kabut, bukan kabut syahdu yang dingin pada pagi hari, melainkan kabut asap akibat kebakaran hutan.

Tempo hari, hutan rimbun di kota sebelah terbakar. Sampai saat ini Anna belum tau apa penyebab kebakaran itu. Apa jangan-jangan hutan sedang dibakar api cemburu pada sang mantan kekasih ya? Hutan kan kekasih alam, mereka dua tidak pernah saling berkhianat-khianatan. Mana ada api cemburu, yang ini api betulan.

Anna jadi sedih, matanya juga pedih terkena asap. Selain memang pedih dari hati yang terdalam. Mencuci tidak bisa, mau jalan-jalan takut sesak napas. Akhirnya kemana-mana Anna harus pakai masker bengkoang. Anna menonton televisi, isi berita yang ada di tv semua-semua soal kabut asap. Pemerintah menyarankan untuk menaruh ember berisi air yang sudah ditaburi garam. Hal itu yang terdengar sepele dan kurang gawe kata berita yang ada di televisi bisa sedikit membantu menghilangkan kabut asap. Uap air asin yang naik kelangit bisa memecah asap, intinya pokoknya begitu. Soal penjelasan ilmiahnya, Anna juga tidak paham-paham amat.

Sehari, dua hari, kabut masih tetap ada meskipun Anna dan orang-orang lainnya sudah menaruh ember, baskom dan wadah besar lainnya yang berisi garam di luar ruangan. Ada yang sholat meminta hujan juga. Tidak ada hasil. Nihil. Kabut asap malah menjadi-jadi. Anna yang mencuci baju di dekat sumur belakang rumah jadi gusar, apa yang harus aku lakukan ya? Harus sebanyak apa lagi air asin yang aku taruh? Tambahlah kegusaran Anna, teringat dia kalau garam di rumahnya sudah habis. Terakhir tadi pagi digunakan oleh ibunya Anna untuk menggoreng telur. Mana mung
kin gula bisa diubah menjadi asin?

Anna kemudian mengingat-ingat semua kejadian menyakitkan yang ada di dalam hidupnya selama 23 tahun ini. Semua kejadian sedih yang membuatnya harusnya menangis namun air mata tidak bisa keluar dari matanya. Ketika bapaknya selingkuh, ketika mantan pacarnya berlaku jahat terhadap dirinya, ketika file skripsi yang sudah setengah jalan kemudian raib, ketika uang yang ia tabung di celengan ayam dipecahkan diam-diam oleh adiknya untuk dibelikan mainan, ketika Anna lupa mematikan kompor lalu wajan terbakar sia-sia dan ibu ngambek tidak mau bicara sampai hampir satu minggu, ketika handphone Anna masuk ke dalam penggorengan dan ketika-ketika yang menyedihkan lainnya.

Anna menundukkan kepalanya, membenamkan wajahnya ke dalam ember lalu menangis tersedu-sedu. Memang dasarnya Anna ini cerdas.

You Might Also Like

0 komentar

Tersenyumlah!

Popular Posts