Perbincangan : Main Puzzle Sama Tuhan

11/05/2019 09:31:00 PM



Hidup ngapain lagi ya? Ini pertanyaan dulunya sekitar 2 tahun lalu terdengar sangat menyebalkan sekali di telingaku. Menyebalkan karena dipertanyakan oleh seorang teman (sebut saja Bunga), hampir setiap malam menjelang tidurku. Makin menyebalkan lagi, pertanyaan tersebut kini aku alami, terulang dalam hari-hariku dan aku menjadi bingung pada akhirnya. Eh belum berakhir, hidupku belum berakhir, dan aku tidak ingin berakhir dalam kebingungan. Seperti orang kebanyakan, aku ingin meninggal dengan damai dan Khusnul Khotimah, mengucap kalimat syahadat di tempat tidur serta dikelilingi orang-orang yang aku sayang.

Seorang temanku yang baru-baru ini kutemui (sebut saja namanya Perahu) mengatakan padaku bahwa hidup ini ya dijalani saja, hidup adalah menyusun kepingan puzzle yang masing-masing bagiannya akan ditemukan dalam hari-hari yang kita jalani. Ah masa iya? Kalau begitu sampai sekarang hidupku tidak kunjung sempurna ya? Kalau dipikir-pikir memang iya juga sih, selain memang tidak ada yang sempurna selain yang maha kuasa, kadang kala aku menemukan sesuatu yang mampu melengkapi diriku dari hal-hal di luar diriku.
Misalnya aku bertemu si A yang kemudian menjadi gebetanku. Aku dulunya sangat tidak tau diri hingga aku menyakiti beberapa hati. Namun bersama si A yang awalnya aku merasa biasa saja, pelan-pelan aku dibuat terhanyut dan berdebar-debar setiap berbicara dengan dia. Namun dia tiba-tiba menghilang, tentu saja aku sedih dan ya gitulah. Dari situ aku mendapatkan kepingan puzzle baru untuk melengkapi diriku, aku belajar bahwa karma itu ada. Barangsiapa yang menyakiti manusia, akan disakiti pula oleh manusia. Contoh-contoh kecil seperti itulah.
Lalu hidup ngapain lagi ya? Kalau kata Young Lex sih JALAN TERUS!
Tapi, mau kayak gimana jalannya kalau rutenya saja tidak tau. Kalau hidup ini diibaratkan menyusun puzzle yang tidak kunjung lengkap, lalu kapan lengkapnya? Atau jangan-jangan yang sedang main puzzle itu Tuhan yang ada di atas sana, yang katanya juga ada di dalam hati setiap manusia.
Aku jadi teringat aku pernah diberi tau oleh temanku yang lain, bahwa hidup ini akan terasa baik-baik saja ketika penerimaan terhadap diri sendiri sudah dilakukan. Temanku yang lain itu tidak memberi tau bagaimana caranya melakukan penerimaan terhadap diri. Apakah itu adalah sejenis pasrah ketika sudah melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimiliki? Aku belum tau. Tapi, ada rasa-rasa mengambang ketika aku memikirkan kata pasrah tadi.
Soal puzzle tadi, rasa-rasanya nyambung dengan prinsip hidupku yang bahwasanya hidup ini adalah saling dan silang. Saling antara aku dan kamu, silang antara aku dan kamu ke orang lain lagi. Jadi ingat kaosnya Fika yang kelunturan, sablonannya berbunyi ‘Karena mati sendiri-sendiri, maka hidup harus bersama-sama’. Puzzle bukan puzzle namanya kalau hanya satu keping saja. Ini juga nyambung dengan soal Hablum hablum itu. Ada 3, Hablumminannas, Hablumminallah dan yang satu lagi aku lupa, pokoknya yang satu itu intinya hubungan kita dengan alam. Ya, hablum itu bahasa arab artinya hubungan.
- Kamu harus percaya padaku bahwa, pohon juga bisa bicara -
Menjelaskan hablum hablum itu perlu waktu semalaman, aku dulu saja dijelaskan soal itu sampai 3 hari lebih. Aku singkat saja biar langsungan ya, kalau tidak ada hubungan, maka tiada kehidupan. Wah, jadi kepalaku jadi cerah seketika, meski cerah, mengejawantah hidup apalagi ketika sedang terasa bubrah itu syulit.
Jadi hidup ini ngapain lagi ya? Aku jawab sendiri untuk diriku sendiri deh, main puzzle sama Tuhan. Wallahua’lam J

You Might Also Like

0 komentar

Tersenyumlah!

Popular Posts