Perbincangan : Tidak Ada Kebaikan Dalam Hal yang Terlalu Baik

10/06/2019 07:06:00 AM



Aku tidak tahan untuk tidak menuliskan hal ini, sebab ini berputar-putar di kepalaku sampai aku tidak bisa kembali tidur setelah menunaikan sholat subuh pagi ini. Perbincangan semalam terus terngiang, sayangnya hanya berupa penggalan kisah, aku akan menuliskan semampu yang aku ingat saja.
Entah mengapa, berbincang dengan orang yang lebih tua selalu lebih berisi ketimbang berbincang dengan yang seumuran. Atau mungkin aku hanya belum menemukan orang seumuranku yang memiliki cipratan gelembung cinta dalam setiap omongan yang ia torehkan. Bukan berarti bercakap dengan teman sebaya tidak menyenangkan, sama menyenangkannya sebenarnya.

Perihal asmara, pepatah Korea mengatakan : Di dunia ini ada orang yang tidak pernah selingkuh sama sekali, dan tidak ada orang yang selingkuh hanya 1 kali saja. Namun bukan berarti tidak ada orang yang berubah menjadi lebih baik. Sementara perubahan datangnya dari diri sendiri. Jadi ketika kita menjalin hubungan pacaran dengan lawan jenis dan ternyata ada sikap buruk atau hal-hal lain yang sulit diubah, jangan pernah sekali-kali membathin, berpikir bahkan mengatakan “Ahh nanti kalau sudah menikah juga bakal berubah”.
No.. no.. no… berubah itu tidak segampang memasukkan ikan ke dalam freezer lalu 5 jam kemudian ikan itu berubah menjadi beku. Pemikiran ‘nanti kalau sudah menikah bakal berubah’ ini sangat berbahaya jika pada kenyataannya sikap dan sifat buruk pasangan terus terbawa sampai merasuk ke jiwa. Yang buruk-buruk itu ada bermacam-macam, tergantung bagaimana itu berdampak kepada diri kita. Terkadang juga kita malah tidak sadar dengan efek negative yang dibawa oleh pasangan, orang lain justru yang bisa merasakan perubahan-perubahan kita.
Hubungan beracun itu nyata adanya, bukan hanya ular kobra yang berbisa, namun kekasih pun juga bisa. Sebuah hubungan seharusnya saling menguntungkan, saling mengembangkan, saling membawa pada kebaikan, saling mendewasakan, dan saling-saling lainnya. Sebuah hubungan adalah sebuah ketersalingan, A peduli terhadap B dan B peduli terhadap A. Sederhananya begitulah, cinta bertepuk sebelah tangan saja rasanya tidak enak kan? Dalam sebuah hubungan jika ada pihak yang berjuang sendirian tapi yang satunya tidak, itu juga sama menyakitkannya dalam dimensi yang berbeda.
Aku akan menuliskan satu hal yang paling aku ingat dari perbincangan dengan seorang teman semalam, “Tidak ada kebaikan dalam hal yang terlalu baik”.
Ada sebuah cerita seperti ini :
Suatu hari si C (perempuan) bertengkar dengan si D (laki-laki), mereka adalah sepasang kekasih yang cukup lama menjalin hubungan pacaran. Sayangnya si D ini punya perangai yang egois, ingin menang sendiri, semua yang ia inginkan harus terpenuhi, bla.. blaa.. bla.. Pada suatu titik mereka berdua bertengkar dan berada di ambang perpisahan, si C tidak menjawab segala macam pesan dan telfon dari si D. C hanya ingin menenangkan diri sejenak sebenarnya, namun si D terus memaksa ingin bertemu sampai ia datang ke rumah si C. Mau tidak mau, C menemui D.
Tau tidak? Setelah mereka berdua bertemu, C masuk ke dalam rumah dengan wajah yang berbunga-bunga dan hati riang gembira. D berhasil membujuk dan merayu C untuk tidak memutuskan hubungan mereka. Singkat cerita mereka menikah, namun sayangnya 2 tahun kemudian mereka berpisah.
Sampai sini sudah ngeh belum? Tidak ada kebaikan dalam sebuah hal yang terlalu (nampak) baik.
Kenapa C dan D bisa sampai berpisah padahal sudah lama berpacaran dan bahkan sudah mengikat janji di depan penghulu, tetangga dan kolega bersama? Ingat film possessive tidak? Ketika tokoh laki-laki nampak begitu sayangnya kepada si perempuan (aku lupa nama tokohnya siapa, haha :D) namun di sisi lain si laki-laki tersebut sangat kasar dan mengekang semua kegiatan yang dilakukan si perempuan. Terjadi semacam PAUSE dalam hari-hari si perempuan tersebut, padahal ia cukup berprestasi dan harusnya mampu melesat sangat jauh tanpa ada laki-laki abusive tadi di sisinya.
Ketika melakukan kesalahan yang membuat si perempuan tidak suka, cara meminta maaf si laki-laki terlampau manis hingga menimbulkan perasaan kasihan di hati perempuan. Akhirnya ketika ingin meninggalkan, ia jadi berpikir ulang. Hal ini juga terjadi pada kisah C dan D barusan.
Meskipun betapa manisnya si D datang ke rumah C, memohon-mohon dengan bujuk rayu, bunga, coklat dan hadiah manis lainnya, sebenarnya itu adalah bentuk egoisme yang sangat tinggi. D tidak mendengarkan C yang sedang ingin sendiri, memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan memikirkan hal-hal yang seharusnya dipikirkan dengan matang. D tidak menghargai pilihan C. D ingin mengendalikan C sesuai dengan keinginan dan kehendaknya, padahal C adalah mahluk bebas yang memiliki keinginan dan pemikiran sendiri.
Sampai sini ngeh tidak soal tidak ada kebaikan dalam hal yang terkesan terlalu baik? Jika ada teman atau orang terdekat yang memiliki hubungan toxic, ada baiknya kita mengingatkan dan menegur dia. Ya meskipun memberi tahu apapun kepada orang yang sedang jatuh cinta itu sulit ya, salah-salah malah kita nanti dianggap ikut campur dengan hidup dia.
Ternyata laki-laki manis itu mengerikan ya … hahaha :D
Wallahua’lam.
Sleman, 6/10/19

You Might Also Like

0 komentar

Tersenyumlah!

Popular Posts