22:23 WIB

6/24/2018 10:24:00 PM


Besok aku ke Jogja, tapi hatiku mendadak gelisah.
Kenapa selalu seperti itu, mendadak tidak karuan rasanya. Apakah karena aku terlalu main rasa dan tidak banyak pakai logika? Masalahnya, gelisahnya tidak beralasan. Bukan, masalahnya adalah tidak tau gelisahnya karena apa. Jadi aku gelisah karena tidak punya masalah begitukah?.
Aku sering bolak-balik dari Jogja ke rumah ibu, pernah dalam satu minggu 3 kali pergi. Ketika aku merasa benar-benar kesepian, aku memutuskan untuk pulang saja. Di jogja juga mau apa kalau sedang sepi-sepinya. Di rumah pun aku tidak melakukan apa-apa, yang aku pikirkan ketika aku sedih galau sepi merana di Jogja itu begini ‘enak di rumah, tidur, menghalau galau’.


Ketika di rumah itu, rasa-rasa itu memang berkurang banyak. Tapi, kelamaan di rumah jadi kesepian lagi, kesepian yang beda dengan yang terasa di Jogja. Paling-paling pulang hanya sehari 2 hari. Apa yang salah dari aku, seolah di tempat manapun tetap saja hampa. Apa karena tidak punya pacar? Aku pernah punya, kami menjalin hubungan lama, hampir setahun kira-kira. Punya pacar pun tidak merubah kehampaanku menjadi yang bagaimana-bagaimana. Cuma kadangkala kalau malam minggu di ajak jalan, macet-macetan nungguin kereta lewat gitu. Asyik sih, tapi kok bosan? Malah rasanya lebih asyik ketawa-tawa bareng kawan-kawan ketimbang berdua-duan. Lalu buat apa aku punya pacar nah? Jangan-jangan status toqqqqqq??!!
Apa karena tidak punya kerjaan? Aku coba kerja, waktunya keisi memang, dompetnya juga keisi. Tapi dadaku tidak terisi, sebulan dua bulan masih semangat-semangatnya sampai dapat banyak uang buat jajan, tiap hari makan ayam-ayaman. Bulan selanjutnya, badan jadi lemes gitu, ngefly ngefly gag jelas, males mau apa-apa. Makan masih ingat, tapi pas lagi laper-lapernya. Jadi sering mencret, sering kembung, sering muntah, gitu-gitu deh.
Aku tidak suka pakai kata galau, kalau ada kosa kata lain selain galau yang memiliki makna sama, aku mau pakai itu saja.
Tapi, yang namanya galau itu kan ada alasannya. Aku tidak tau ini kenapa, jadi namnya ngambang donk.
Umurku berapa sih? 20 tahun kan ya, aku lihat-lihat orang-orang umur 19-20-21 di sana-sana kok bahagia-bahagia saja. Ceria, punya kesibukan yang membuat mereka ‘sibuk’. Apa wajar tidak ya seumuranku ngambang-ngambang tidak jelas begini. Apa yang sebenarnya aku khawatirkan sih?
Kemarin aku di deketin orang, cowok, awalnya tak kasih respon baik di chat. Lama-lama ilfeel sendiri, pesan-pesannya jadi terabaikan dengan sengaja. Pengabaian pesan itu tidak Cuma ke satu dua tiga orang itu, tapi hampir ke semua orang-orang yang ngechat. Buruknya!
Besok pas udah umur 24-25 masa iya masih ngambang gini, lucu tho!
Ibuku sering mendesak-desak tentang, jangan banyak kegiatan, kuliahnya kalau bisa disambil kerja, cepet lulus juga. Apa aku khawatir dan galau gara-gara itu? Tidak juga.
Teman-teman distory wa, banyak yang posting jalan-jalan, gandengan sama gebetan, makan-makan enak-enak, yang terkesan bahagia-bahagia gitulah. Apa aku khawatir dan galau gara-gara itukah? Tidak juga, biasa saja.
Aku ini orangnya introvert, punya teman yang akrab ya Cuma-Cuma itu-itu aja-aja. Kemana-mana sering sendiri, kalau baru kepepet baru ajak orang lain. Masa ke-introvert-an itu yang jadi masalah? Justru kalau aku ada di tengah-tengah orang banyak dalam waktu yang lama itu yang bikin aku panik dan sesak nafas. Alay ngga sih?
Kapan sih ya terakir kali aku merasa sangat bahagia dan ceria? Di dalam pikiranku ini banyak sekali imajinasi kayak yang di film alice in wonderland, narnia dan putri shofia. Aku rasa aku selalu ceria dan berpikiran positif. Cuma kadang-kadang tok, tiba-tiba hilang mood gitu. Orang-orang juga banyak yang hilang mood seketika, biasa saja! Tak pikir-pikir, aku masalah ya tidak punya. Masalah rumit asmara, keuangan, keluarga, sosial, masalah yang berat-berat banget aku ya tidak punya. Tapi, hampa aja gitu.
Normal kali ah! Barangkali ini adalah bagian dari masa pubertas menuju kehidupan yang lebih getas. Masa iya sih?
Aku tidak berharap orang lain mengerti tentang diriku, toh aku juga tidak bisa melihat isi kepala mereka yang kalau diuraikan pasti kayak pita kaset tahun 2000-an gitu. Tapi, ya aku sebisa mungkin menghormati dan menghargai orang lain, kalau mereka minta tolong apa sebisa mungkin aku ada. Meskipun kadang balesannya kalau dimintain tolong ya gitu deh. Satu hal, kalau di ajak ngomong, seringnya aku lihatin mata orang yang ngajak omong aja enggak. Padahal aku mendengarkan dengan seksama lhoh. Grogilah, lihatin mata orang, takut jatuh cinta nanti.
Ya Tuhan, tolongin aku. Kehampaan apa yang ada di dalam diri ini sih? Akhirnya kan jadi gelisah. Kalau sedang jernih, Tuhan itu sering mendatangkan quotes-quotes cemerlang di dalam hati, rimanya bagus lagi. Belakangnya bisa sama semua bunyinya, A-A-A-A semua. Kalau sedang butek-buteknya nih hati, quotes-quotes penguatan juga sering datang, tapi kecampur sama rasa dendam. Dendam pada kecuekan orang-orang gitu, ya tidak apa-apa, barangkali aku juga cuek makanya orang-orang pada cuek. Jangan-jangan aku nabi? Iya nabi palsu. Itu kali ya, yang dinamakan suara hati, penuh dengan quotes.
Hati ini kadang nyebelin juga, ketika aku tanya kenapa kok hampa, dia diam. Karepnya itu lho apa? Mungkin, inilah senormal-normalnya manusia. Uwaw, menerka-nerka itu banyak kemungkinan rupanya ya. Besok aku balik Jogja, tapi hatiku hampa.



You Might Also Like

0 komentar

Tersenyumlah!

Popular Posts