Aku bersaksi aku melihatnya, jelas
sekali. Mana mungkin aku berbohong, aku sudah berada lama di sana bahkan sejak
sebelum si sulung dan si bungsu melihat matahari terbit. Sejak mula Darto
tinggal hanya berdua dengan ibunya yang renta, lalu Darto menikah hingga
jadilah mereka hidup bertiga di bawah naunganku, hidup yang makin terarah namun
juga makin susah. Pangan susah, sandang apalagi, aku saja sampai lusuh tak
terurus. Lantas ibu Darto meninggal akibat rentanya. Empat bulan kemudian,
sulung lahir. Dua tahun kemudian menyusul kelahiran si bungsu. Darto dan
istrinya terbiasa memanggil sulung dengan sebutan Nduk, sementara mereka
panggil bungsu dengan sebutan Nang.
“Nduk, ambilkan bapak minum.”
Perintah Darto pada anak sulungnya yang belum kelihatan batang hidungnya.