hariku
yang membosankan ketika setiap waktu aku harus menjalani kehidupanku sendirian.
Aku bosan seperti ini, ketika setiap saat aku harus melayang terbang dari satu
pohon ke pohon lainnya untuk mencari teman. Aku mendapatkan banyak teman setiap
malam, tapi teman-temanku itu selalu hilang dari kehidupanku entah kemana
hilangnya, dan itu terjadi setiap hari, saat matahari mulai terbit. Aku merasa
tercipta sebagai hantu yang tidak memiliki teman. Aku ingat dengan jelas
kehidupan manusiaku dulu, ingatan yang selalu membuatku menangis karena terus
menerus dihantui olehnya.
Aku
bingung di mana aku harus tinggal. Di dunia manusia, jelas tidak mungkin lagi.
Di dunia setelah kematian, aku tidak diterima di sana. Rasanya aku tidak
diterima di mana-mana, aku masih berada dalam dunia manusia namun tanpa raga.
Aku pikir setelah aku mengakhiri hidupku, semua penderitaan yang kurasakan akan
selesai. Tapi nyatanya sekarang aku malah lebih menderita lagi, penderitaan
yang kurasakan di dunia manusia dulu tidak ada seujung kukupun dari penderitaan
yang kurasakan saat ini, setelah aku mati. Aku menyesal telah membunuh diriku
sendiri, dan aku juga menyesal telah membunuh bayi dalam kandunganku.
Aku
rasa aku terlalu muda ketika mati, aku masih masih duduk di bangku kelas 2 SMA,
yang saat itu aku banyak mendengar perkataan dari orang-orang yang lebih tua
dariku, bahwa jalanku masih panjang. Dulunya aku cantik, kulitku putih dan
bersih, tanpa ada cacat sedikitpun. Berbeda dengan diriku yang sekarang,
wajahku tak lagi cantik, terdapat banyak noda darah yang keluar dari mataku. Di
tubuhku terdapat banyak bilur, bilur bekas pukulan dan bekas cambukan, anehnya aku
tak tahu dari mana bilur-bilur ini berasal, yang pasti rasanya sangat sakit.
Lebih parah lagi, di leherku terikat seutas tambang seperti yang aku gunakan
untuk membunuh diriku yang juga membunuh bayiku dulu, rasanya tersiksa. Kesana
kemari aku melayang meminta tolong, namun tak ada seorangpun yang dapat melepaskan
tambang di leherku ini, bahkan kebanyakan dari mereka yang kumintai tolong
malah berteriak ketakutan dan ada pula yang sampai pinngsan.
Aku
melayang? Kelihatannya memang melayang, namun sesungguhnya aku hanya berjalan,
mungkin karena daster putihku yang terlalu panjang hingga menutupi kedua
kakiku-lah yang membuat aku terlihat melayang. Perlu diketahui, aku bukan hanya
bisa berjalan menapaki tanah, namun aku juga bisa berjalan menapaki udara,
dengan kecepatan berjalan yang luar biasa cepatnya. Namun, tak apa jika
orang-orang terbiasa menyebutnya melayang, aku pun akan menyebutnya melayang
pula.
Sesekali
aku mengunjungi orang tua dan kakak perempuanku, aku merindukan mereka. Sebagai
anak terkecil dalam keluarga, orang tuaku selalu menuruti keinginanku dan juga
memberi kepercayaan yang ternyata baru kusadari sangat besar, terbukti dengan
kebebasan yang aku terima semasa hidupku. Aku menyesal telah menyalahi
kebebasan itu, aku menyesal berkelakuan nakal dan aneh semasa hidupku dulu.
Pergi ke diskotik, pulang larut malam, hingga akhirnya pacaran terlewat batas,
aku menyesal telah menjalaninya. Dan dua hal yang paling aku sesalkan dari
semuanya, aku melupakan tuhanku dan telah membuat orang tuaku menangis karena
kecewa. Aku jauh berbeda dengan kakak perempuanku, tak hanya lebih cantik
dariku, dia juga baik, berjilbab, selalu mendekatkan diri dengan tuhan, dan
sedikitpun tidak pernah aku melihatnya membuat orang tuaku sakit.
Ketika
aku mengunjungi kekasihku, dia telah bersama perempuan lain, dia telah
melupakan aku. Jika saja aku diizinkan untuk menyentuhnya, maka aku akan
membunuhnya. Mengapa di kehidupan manusiaku dulu dengan mudahnya aku termakan
bujuk rayu kekasihku? Dia berjanji akan menikahiku, dia berkata akan
menghabiskan sisa hidupnya bersamaku, dan dia berkata sehidup semati denganku.
Tapi nyatanya, saat mengetahui bahwa aku hamil, dia malah pergi dan tidak
mengakui kehamilanku, dia meyakini bahwa aku hamil dengan orang lain. Aku putus
asa saat kekasihku pergi, dan di waktu itulah orang tuaku tahu aku hamil,
mereka sangat kecewa padaku. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menjerat leherku
di kamar mandi sekolah, aku telah mati saat itu.
Ratna Novita Sari